Kamis, 17 April 2014

Purwarupa 30 Detik

Aiiihh, sudah lama sekali blog kosong ini terkapar begitu saja. Mohon maaf kepada pembaca setia (*maaf pak penulis, emang ada?) karena berbulan-bulan lamanya baru sempat buat lagi.

[sesi curhat]
Pada siang hari saat sedang kuliah melukis cacing (baca: kalkulus), seorang dosen mencoba satu per satu spidol yang tersedia di kelas. Setiap batang yang ia coba hasilnya nihil; tidak ada yang nyata. Dengan nada menyerah, sang dosen mengatakan kepada semua mahasiswanya "Ada yang punya spidol?". Dan semua mahasiswa pun menggeleng kepala seraya mengatakan "tiidaaak~". Akhirnya sang dosen keluar mencari spidol. Sampai spidolnya ditemukan, barulah kuliah dimulai. Waktu sebanyak lebih dari 15 menit terbuang.

Lalu terlintas di kepala seorang mahasiswa,  "kenapa masih pakai spidol?" "kenapa gak pakai papan elektronik?" "kalau belum sanggup kenapa gak ada yang bikin alat yang bisa bikin spidol ngisi sendiri?" "kenapa gak pulang aja?". 

Kejenuhan saat kuliah berbuah seni. Pada secarik kertas (yang seharusnya) catatan kuliah terciptalah sebuah desain alat pengisi spidol otomatis. Cara kerjanya hanya memanfaatkan prinsip kapilaritas. Multifungsi. Punya kemungkinan murah jika dibuat. Masuk akal jika digunakan. Dan dipikirkan pada waktu kurang dari 1 menit.

[sesi serius]
Bisa dibilang curhatan tadi adalah sesuatu keajadian sehari-hari yang mewakili dari proses rapid paper prototyping. Konon, rancangan awal Google Glass dibuat dengan cara ini, dan membutuhkan waktu hanya sekitar 45 menit.
Berdasarkan pengalaman sendiri dan orang lain, penulis merampungkan beberapa langkah membuat Purwarupa 30 Detik ini.

1. Pikirkan Fungsinya
Suatu alat tidak ada gunanya jika tidak memiliki kegunaan (yaiyalah). Jadi, pikirkan untuk apa alat tersebut berguna, dan bagaimana cara kerjanya. Pada tahap ini kita butuh imajinasi dan logika yang seimbang. Tapi ingat, pertama fokus kepada kegunaannya terlebih dahulu lalu barulah dibayangkan sistemnya. Tidak perlu dipikirkan yang belum terlalu penting (seperti hiasannya, estetikanya, dsb). Utamakan model yang sederhana dan mudah dibuat. Temukan cara paling mudah diterapkan pada sistem Anda.

2.  Gambar~
Tidak perlu lama-lama dipikirkan, setelah divisualisasikan langsung aja gambar! Oret-oretan. Menggambar prototype belumlah hasil, melainkan masih proses. Sifat dari gambar ini adalah draft, jadi setiap gambar yang Anda buat disini masih belum rancangan finalnya.  Jadi, jangan ragu untuk menggambar yang baru.
Buatlah gambar yang paling Anda mengerti. Tanda/keterangan pada gambar pastilah dibutuhkan. Syarat untuk tahap ini: Tidak malas.

3. Finishing
Finishing di sini bukan serta-merta 'selesai'. Tetapi pada tahap ini gambar yang telah kita buat mulai diperhatikan estetika, hiasan dan hal-hal lain hingga benar-benar siap dibuat. Hasil dari finishing ini yang nantinya kita simpan untuk dibuat aslinya atau sebagai catatan pribadi. Biasanya tahap ini diluar waktu 30 detik tadi.

4. Buat Variasi
Nah, kalau tahap ini, adalah tahap lanjut dari pembuatan prototipe pada kertas. Kita membuat bentuk lain atau tambahan-tambahan lain untuk prototipe yang telah kita buat sebelumnya. Ini merupakan tahap pengembangan. Semakin banyak membuat varian, semakin bagus. Anda jadi punya banyak model untuk karya anda sendiri.

5. Wujudkan!
Apalah arti sebuah alat jika tidak dibuat aslinya. Cobalah dari yang sederhana. Kalau belum mampu ya boleh saja tidak diwujudkan. Barang kali prototipe Anda bisa dipatenkan dan berguna bagi bangsa.
Dan negara.
Dan agama.

Contohnya,
Dimulai dari yang sederhana...

Inilah bentuk dasar kacamata mbah gugel. Sumber


Hingga yang cukup kompleks.....
Prototipe Menara Wardenclyffe buatan Tesla, tujuannya untuk transfer energi listrik tanpa kabel. 



Mungkin itulah beberapa contohnya. Tapi, mulailah dari yang sederhana dan digunakan di kehidupan sehari-hari. Selamat berinovasi!

Mau lihat yang lain?